Tuesday, November 15, 2011

Hah, Ambon Rusuh Lagi?

Kaget! Ya, saya sangat kaget membaca running text di sebuah stasiun televisi nasional mengenai situasi terkini di Kota Ambon. Ketika itu, 11 September 2011, Ambon dikesankan “Rusuh Lagi.”

Karena penasaran saya mencoba melihat status terbaru di kontak blackberry massanger (BBM) dan Facebook teman-teman. Astaga, memang hampir semua status teman-teman menggambarkan situasi di Ambon rusuh lagi. Kondisi itu diperkuat foto profil salah satu kontak BBM teman yang sedang menggambarkan kericuhan di Ambon.

Perasaan saya langsung bercampur aduk. Bingung, penasaran dan takut. Saya langsung mencoba menghubungi orang tua di Ambon. Short massage service (SMS) saya ke Papa, langsung dibalas telpon. Dari keterangan Papa, di Ambon tidak terjadi peristiwa seheboh yang diberitakan media. Dia lalu meminta saya agar tidak cemas karena di Ambon aman-aman saja.

Karena masih penasaran juga dengan status-status FB dan BBM, saya coba hubungi teman saya yang kebetulan memakai foto profil kericuhan di Ambon tersebut.

Informasi yang saya dapat dari dia, saat itu sedang terjadi kericuhan antara warga kawasan Waringin dengan warga Kudamati. Pemicu kericuhan tersebut kabarnya karena ada seorang tukang ojek yang kebetulan warga Waihaong atau Waringin ditemukan meninggal di daerah Kudamati.

Tak lama kemudian di beberapa stasiun telivi sudah muncul berbagai macam berita mengenai kondisi di ambon, dengan berbagai judul berita yang membuat saya takut. Seperti salah satu telivis yang menayangkan berita dengan judul “Ambon Rusuh Lagi “ dengan tayangan visual kedua kubu sedang baku lempar di kawasan Tugu Trikora.

Setelah menonton tayangan tersebut saya langsung bertambah panik dan takut. Sejujurnya tayangan tersebut membuat saya sedikit kembali mengingat kejadian di Ambon sekitar tahun 1999 dan seterusnya.

Saya sendiri termasuk korban atau orang yang terkena imbas tragedi kemanusiaan tahun 1999. Saya dan kedua orang tua, harus berpisah dari keluarga besar, karena terpaksa mengungsi keluar ambon demi alas an keamanan.

Selama masa pengungsian itu, saya mengalami trauma yang berkepanjangan. Sering merasa takut jika berada di tengah keramaian. Syukurlah lingkungan sekolah --guru dan teman-teman-- memberikan semangat dan rasa aman. Dan perlahan-lahan rasa trauma itu menghilang.

Sekembalinya dari mengungsi selema beberapa tahun dengan kedua orang tua keluar Ambon, tahun 2007, kami kembali hidup di kota ini. Bisa dibilang saat itu, rasa trauma yang pernah saya rasakan, sudah mulai menghilag. Itu sebabnya saya mulai terbiasa hidup normal, walaupun berada dalam dua komunitas yang berbeda.

Pengalaman tidak mengenakan didera trauma itu lah, yang tidak saya inginkan kembali terjadi pada warga di Ambon. Terutama untuk adik-adik saya yang masih duduk di bangku SD, SMP maupun SMA.

Saya terus mengupdate kabar dari berbagai sumber yang memberi kabar bernuansa damai. Paling banyak berita-berita atau informasi menyejukkan itu, disebar teman-teman “Provokator Damai” melalui jejaring sosial seperti facebook maupun twitter. Dan timeline twitter saya pun dipenuhi dengan hastag #PrayForAmbon.

Entah itu dari twitter Papa (@embongs), maupun teman-teman Provokator Damai lainnya, seperti Mohammad Irfan Ramly (@iphankdewe) atau Almascatie (@almascatie).

Untuk teman-tema yang menanyakan situasi di ambon saya menyarankan mereka untuk mem-follow akun twitter dan membaca status milik teman-teman Provokator Damai. Begitu juga setiap ada tweet dengan hastag #PrayForAmbon atau #DamaiAmbon langsung saya Retweet, termasuk sms-sms atau BBM yang menyuarakan damai dari Ambon.

Dari sekian banyak pesan yang disampaikan teman-teman Provokator Damai, ada salah satu sms dari Om Jacky yang sangat membuat besar hati saya. Bunyi SMSnya seperti ini : Tolong Bantu Provokasi Perdamaian dengan menyebarkan pesann ini jua ke FB dan Media Sosial lainnya. “ Dulu katong siap mati untuk perang, kini saatnya katong (Kita) siap untuk menjaga damai. Maluku tak boleh lagi hancur, demi generasi masa depan yang bermartabat. Kepalkan tangan bersama dan katakan “TIDAK!” pada kekerasan dan konflik”. Salam Damai selalu untuk Ambon.